Umat Buddha dan solusi kemarahan
Oleh : Bikkhu Uttamo MahaThera
Ada 3 macam umat Buddha, yang pertama adalah umat Buddha yang hanya mencantumkan agama Buddha di KTP-nya saja dan tidak tahu sama sekali tentang ajaran agama Buddha. Umat yang kedua lebih baik dari pada umat pertama, yaitu umat yang masih mengikuti kegiatan vihara meskipun hanya saat hari besar atau saat ada bikkhu. Umat yang terakhir adalah umat yang benar-benar mengetahui ajaran agama Buddha dan menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.
3 macam kejengkelan yang ada dalam diri manusia yaitu, yang pertama adalah kejengkelan atau kebencian manusia yang selalu di ingat dan diukir di dalam hatinya, sehingga sangat lama rasa jengkel atau benci itu terus ada dalam diri manusia bagai mengukir tebing dan batu karang yang tidak akan mudah hilang ukirannya. Yang kedua adalah rasa jengkel yang dirasakan manusia tetapi tidak untuk waktu yang lama. Setelah beberapa saat maka kejengkelan atau rasa benci itu akan hilang, seperti mengukir di atas pasir pantai yang ukirannya akan hilang tersapu oleh ombak. Dan kejengkelan yang terakhir adalah yang paling ideal, perasaan jengkel,marah, dan benci dirasakan saat itu juga tetapi hilang saat itu juga. Jadi tidak akan adanya dendam atau hal-hal yang menyebabkan kekotoran batin dalam diri manusia.
Apa yang bisa menyebabkan kejengkelan atau kebencian pada manusia? Sebenarnya penyebab kejengkelan itu sendiri adalah keinginan kita. Kita akan merasa jengkel atau marah pada orang yang menurut kita tidak bertindak atau berbuat seperti yang kita harapkan, malah sebaliknya. Tetapi kita juga harus menyadari bahwa manusia juga punya kekurangan sehingga bisa berbuat kesalahan atau berbuat di luar keinginan kita. Dengan berpikir semua hal harus berjalan sesuai keinginan kita dan jika tidak sesuai maka kita akan marah, kemarahan ini akan menjadi penderitaan kita. Maka untuk menghindari penderitaan ini, atau menghindari kemarahan ini lebih baik kita merenungkan kembali ke diri sendiri. Jangan sampai kesalahan kecil orang lain di besar-besarkan tetapi kesalahan besar sendiri tidak di pedulikan. Karena setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, maka kita juga tidak punya hak untuk menghakimi perbuatan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar