Senin, 31 Oktober 2011

Cinta

Cinta Kasih Seorang Ibu terhadap Anaknya
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan bahagian nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : “Makanlah nak, aku tidak lapar” ———-KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia dapat memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan suduku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE DUA 
Sekarang aku sudah masuk Sekolah Menengah, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak mancis untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kepentingan hidup. Di kala musim sejuk tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak mancis. Aku berkata : “Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur nak, aku tidak penat” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE TIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi loceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : “Minumlah nak, aku tidak haus!” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE EMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai keperluan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang pakcik yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : “Saya tidak butuh cinta” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE LIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pencen. Tetapi ibu tidak mahu, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, tetapi ibu berkeras tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : “Saya ada duit” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE ENAM
Setelah lulus dari ijazah, aku pun melanjutkan pelajaran untuk buat master dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universiti ternama di Amerika berkat sebuah biasiswa di sebuah syarikat swasta. Akhirnya aku pun bekerja di syarikat itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mahu menyusahkan anaknya, ia berkata kepadaku : “Aku tak biasa tinggal negara orang” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE TUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanser usus, harus dirawat di hospital, aku yang berada jauh di seberang samudera atlantik terus segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani pembedahan. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perit, sakit sekali melihat ibuku dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : “Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE DELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : “Terima kasih ibu..!” Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktiviti kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pasangan kita, kita pasti lebih peduli dengan pasangan kita. Buktinya, kita selalu risau akan kabar pasangan kita, risau apakah dia sudah makan atau belum, risau apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah merisaukan kabar dari orangtua kita? Risau apakah orangtua kita sudah makan atau belum? Risau apakah orangtua kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi… Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orangtua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari

Kamis, 27 Oktober 2011

Solusi Kemarahan

Umat Buddha dan solusi kemarahan
Oleh : Bikkhu Uttamo MahaThera

Ada 3 macam umat Buddha, yang pertama adalah umat Buddha yang hanya mencantumkan agama Buddha di KTP-nya saja dan tidak tahu sama sekali tentang ajaran agama Buddha. Umat yang kedua lebih baik dari pada umat pertama, yaitu umat yang masih mengikuti kegiatan vihara meskipun hanya saat hari besar atau saat ada bikkhu. Umat yang terakhir adalah umat yang benar-benar mengetahui ajaran agama Buddha dan menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.
3 macam kejengkelan yang ada dalam diri manusia yaitu, yang pertama adalah kejengkelan atau kebencian manusia yang selalu di ingat dan diukir di dalam hatinya, sehingga sangat lama rasa jengkel atau benci itu terus ada dalam diri manusia bagai mengukir tebing dan batu karang yang tidak akan mudah hilang ukirannya. Yang kedua adalah rasa jengkel yang dirasakan manusia tetapi tidak untuk waktu yang lama. Setelah beberapa saat maka kejengkelan atau rasa benci itu akan hilang, seperti mengukir di atas pasir pantai yang ukirannya akan hilang tersapu oleh ombak. Dan kejengkelan yang terakhir adalah yang paling ideal, perasaan jengkel,marah, dan benci dirasakan saat itu juga tetapi hilang saat itu juga. Jadi tidak akan adanya dendam atau hal-hal yang menyebabkan kekotoran batin dalam diri manusia.
Apa yang bisa menyebabkan kejengkelan atau kebencian pada manusia? Sebenarnya penyebab kejengkelan itu sendiri adalah keinginan kita. Kita akan merasa jengkel atau marah pada orang yang menurut kita tidak bertindak atau berbuat seperti yang kita harapkan, malah sebaliknya. Tetapi kita juga harus menyadari bahwa manusia juga punya kekurangan sehingga bisa berbuat kesalahan atau berbuat di luar keinginan kita. Dengan berpikir semua hal harus berjalan sesuai keinginan kita dan jika tidak sesuai maka kita akan marah, kemarahan ini akan menjadi penderitaan kita. Maka untuk menghindari penderitaan ini, atau menghindari kemarahan ini lebih baik kita merenungkan kembali ke diri sendiri. Jangan sampai kesalahan kecil orang lain di besar-besarkan tetapi kesalahan besar sendiri tidak di pedulikan. Karena setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, maka kita juga tidak punya hak untuk menghakimi perbuatan orang lain.

Selasa, 04 Oktober 2011

Hidup sesuai dengan Dhamma


oleh : Bhikkhu Dhamiko         
Hidup sesuai dengan Dhamma merupakan berkah utama dan termulia. Dhamma adalah kata-kata yang sering disebut-sebut oleh umat Buddha. Apakah sebenarnya arti Dhamma yang sesungguhnya? Dhamma banyak artinya, dapat diartikan secara luas dan dapat juga diartikan secara spesifik dan umum.
Dalam arti umum Dhamma dibagi menjadi 2 yaitu :
1.      Sankhara
Sankhara artinya unsur-unsur, paduan-paduan atau elemen-elemen.
Misalnya manusia, elemen-elemen yang membentuk manusia terdiri dari 4 yaitu jasmani yang terdiri dari tanah, air, api dan angin dan yang lainnya.
2.      Ansankhara
Ansankhara adalah berhentinya sankhara.

Dhamma yang dimaksud disini adalah Ajaran Sang Buddha
Ajaran Buddha terdiri dari 9 pokok ajaran yaitu :
1.      Sutta yang artinya Khotbah
2.      Geya yang artinya lagu
3.      Veyyakarana yang artinya penjelasan agama sang Buddha secara terperinci
4.      Gatha yang artinya bait-bait Dhamma
5.      Udana yang artinya seruan atau pujian
6.      Itiutaka yang artinya mengutip dari apa yang dikatakan sang Buddha “demikian yang dikatakan sang Buddha
7.      Jataka yang artinya kisah-kisah kehidupan
8.      Abbutadhamma yang artinya ide-ide atau gagasan yang bagus.
9.      Vedella yang artinya tanya jawab.
Semua itu ada dikitab tipitaka

Ada sebuah cerita antara kaum awam/Brahmana yaitu antara Karanapali dengan pingiyani. Karapanali bertemu dengan pingiyani dan bertanya kepada pingiyani, dari manakah kamu? Pingiyani menjawab saya tadi bertemu dengan sang Buddha. Lalu karanapali bertanya kepada pingiyani, menurutmu bagaimana Buddha itu? Pimgiyani menjawab aku ini sama seperti kamu, sama-sama manusia, aku tidak pantas menilai sang Buddha, yang dapat menilai sang Buddha hanya para dewa saja. Karanapali bertanya lagi, lalu menurutmu apa itu Dhamma? Pingiyani menjawab, saya mengumpamakan Dhamma dalam 5 perumpamaan yaitu:
1.      Cita rasa terbaik.
Seseorang jika sudah menemukan cita rasa yang terbaik tidak akan mungkin mencari cita rasa yang lebih rendah, begitu juga dengan manusia, jika sudah menemukan agama yang bagus dan sudah meyakini agama tersebut maka mereka tidak akan pindah agama dan mencari agama lain.
2.      Kue madu
Sama seperti seseorang yang sedang kelaparan dan menemukan kue madu. Dibagian manapun yang akan digigit maka orang itu akan menemukan rasa manis, begitu juga dengan ajaran Buddha, jika dipelajari dan dilaksanakan dalam 9 pokok ajaran Buddha, maka akan menemukan kebahagiaan.
3.      Cendana merah/kuning.
Sama seperti seseorang yang menemukan kadu cendana merah/kuning, dibagian manapun kayu cendana itu dicium wanginya akan tercium, begitu juga jika kita mendengar dan melaksanakan 9 pokok ajaran buddha, maka kita akan menemukan sukacita didalamnya.
4.      Dokter yang ahli
Seseorang yang sakit akan sembuh jika diobati oleh seorang dokter yang ahli, begitu juga dengan orang yang mempelajari, mendengar dan melaksanakan 9 pokok ajaran Buddha maka ia akan terbebas dari penderitaan, kesedihan, putus asa, dll
5.      Kolam yang indah
Sama seperti orang yang sudah kelelahan dan menemukan sebuah kolam yang indah, ia akan merasakan kesegaran yang luar biasa walaupun dia belum masuk kedalam kolam tersebut, begitu juga jika kita mendengar dan melaksanakan 9 pokok ajaran Buddha maka kita akan terbebas dari penderitaan lingkaran kelahiran dan kematian.








Apa gunanya mempelajari dan melaksanakan Dhamma ajaran sang Buddha ?
1.      Dhamma ajaran sang Buddha akan menuntun orang yang mempelajari dan melaksanakan ajaran sang Buddha kepada Arahat. Arahat adalah kesucian tertinggi dimana arahat memusnahkan 10 belenggu.
2.      Dhamma ajaran sang Buddha akan menuntun orang yang mempelajari dan melaksanakan ajaran sang Buddha kepada Anayami, yaitu kesuciaan ketiga. Anayami hanya memusnahkan 5 belenggu.
3.      Dhamma ajaran sang Buddha akan menuntun orang yang mempelajari dan melaksanakan ajaran sang Buddha kepada Sukadayami, yaitu kesucian kedua. Sukadayami memusnahkan 3 belenggu dan melemahkan 2 belenggu lainnya.
4.      Dhamma ajaran sang Buddha akan menuntun orang yang mempelajari dan melaksanakan ajaran sang Buddha kepada Sotapana, yaitu kesuciaan tertinggi. Sotapana memusnahkan semua belenggu sehingga terlepas dari 4 penderitaan.
5.      Dhamma ajaran sang Buddha akan menuntun orang yang mempelajari dan melaksanakan ajaran sang Buddha kepada Surga. jika sudah disurga kita dapat terlepas dari semua penderitaan dan hanya kebahagiaan yang kita rasakan.

Semua pilihan ada ditangan kita, mulai dari sekarang kita sudah harus bisa memilih mau kearah manakah kita.

Akhir kata, Dari berbagai jenis obat yang ada didunia tidak ada obat yang seampuh Dhamma, maka minumlah obat Dhamma.
Maksudnya adalh pelajari dan laksanakanlah Dhamma untuk mencapai kesucian tertinggi dan terlepas dari segala penderitaan termasuk lahir, sakit, tua dan mati.